Masih Adakah?

Kilauan cerah di atas awan menawan hati Pinkan. Sesekali ia menatap matahari yang hendak terbenam dan sesekali ia melihat ke bawah bumi untuk menyadari bahwa dirinya sangat kecil.

Tidak hanya kendaraan yang ditumpanginya yang sedang melayang. Pikiran Pinkan ikut melayang. Berkecambuk beberapa pertanyaan dibenaknya.

"Apa benar semua ini kesalahanku?", "Apa yang telah aku lakukan?", "Masih adakah kesempatanku untuk memperbaiki semuanya?". Pertanyaan terakhir membuat Pinkan sangat cemas. Bukan karena pikirannya terlalu jauh melesat, melainkan saat pertanyaan itu muncul, saat itu posisi pesawatnya bergetar. Kecemasan membabi buta ketika ia mengingat tidak lama sebelum hari keberangkatannya, ia menonton berita pesawat jatuh.

Pinkan beristighfar sebisa mungkin. Ia kembali tenang, ternyata awak kapal sedang menurunkan posisi ketinggian pesawat. Bagi Pinkan, kejadian beberapa detik yang baru saja dialaminya bukanlah kejadian biasa. 

"Ah, apa mungkin ini pertanda?"

Rose yang posisinya berada di samping Pinkan merasa bingung, "Apa maksudmu pertanda?". Pinkan mulai menguraikan satu per satu keresahan yang ia alami; tidak memperdulikan orang lain, datang ketika butuhnya saja, berbicara seenaknya saja, dan membuat orang sakit hati.

"Begitu ceritanya. Ya aku pikir ini pertanda bahwa aku masih diberi usia untuk menyadari dan menebus kesalahanku," jelas Pinkan.

"Gaskan, jangan kasih kendor. Sesampainya nanti, hubungi kerabatmu untuk meminta maaf".

"Malas," jawabnya singkat.

Rose langsung menyentil tangan Pinkan, "Ah bego, baru saja aku pikir kau sangat bijak".

"Bercanda Rose. Sudah tentu aku akan menghubungi mereka sepulang ini. Aku masih ingat sebuah hadits yang intinya jangan menunggu datangnya sore saat pagi dan menunggu datangnya pagi saat sore," balas Pinkan.

"Cakep, itu artinya kita harus memaksimalkan kesempatan yang ada. Dahhh aku mau melanjutkan pertualangan mimpiku," tutup Rose.

30 menit kemudian Pinkan dan Rose sampai di bandara. Mereka berpisah. Rose menaiki taksi, sementara Pinkan dijemput oleh kakaknya. Di dalam perjalanan pulang, Pinkan menghubungi teman-temannya, termasuk Rose.

Isi pesan Pinkan:

Rose, maafin aku ya kemarin tidak sengaja mengambil biskuitmu. Sebenarnya bukan salahku, salah biskuitmu yang menggoda tanganku wkwk...

Tinkkk! notif balasan pesan dari Rose

"Dasar kau, kenapa tidak bicara saja tadi hahaha. Iya aku memaafkanmu".

Posting Komentar

11 Komentar

  1. Wkwkwk ngakak, ternyata oh ternyata

    BalasHapus
  2. Pinkan jangan mencuri, jangan mencuri #aladora

    BalasHapus
  3. Tulisannya beneran keren dek. Seriusan. Kalau dibuat satu cerpen utuh bakalan bagus banget.

    BalasHapus
  4. Ya ga salah juga sih kan Rose ngasih saran kalo udh sampe nanti baru hubungi dan minta maaf, jadi Pinkan ngga minta maaf langsung pas di pesawat hehehe.

    BalasHapus