Menjemput Momentum

 

Terik matahari menguyur tubuh laki-laki yang sedang duduk manis di bawah pohon. Nafasnya tergopah-gopah, bajunya lusuh dan berbau keringat. Ditemani air mineral dan beberapa gorengan gurih, ia beristirahat sejenak. Pria itu adalah Jono. 

***

Dua tahun silam, ayah Jono meninggal dunia. Ayahnya menderita penyakit yang terbilang sulit untuk disembuhkan. Kondisi ayahnya sangat mencekam, membutuhkan banyak dana untuk masuk rumah sakit sementara keuangan keluarganya memprihatinkan. Jangankan untuk ke rumah sakit, untuk membeli obat saja ibunya perlu berkeliling desa menjualkan sayuran. Saat itu Jono masih menginjak bangku kuliah, tidak memiliki penghasilan, dan hanya mengandalkan beasiswa. Salah satu tindakan yang bisa dilakukan Jono adalah meminta pertolongan pada siapa pun. Takdir berkata lain. Bantuan itu baru hadir di detik-detik ayahnya menghembuskan nafas terakhir.

***

Ada beberapa tahapan yang perlu dilewati oleh Jono untuk menembus impiannya. Pertama, ia harus mengikuti seleksi berkas terlebih dahulu. Kedua, sesi wawancara dan terakhir pengumuman kelulusan. Jono berhasil lolos pada tahap 1 dan ia menuju tahap 2 yakni wawancara.

 

Panitia: “Mengapa kamu ingin menjadi relawan langit?”.

Jono: “Saya sejujurnya ragu karena kondisi keluarga saya juga sangat membutuhkan saya namun ada sebuah cerita yang menyakinkan saya untuk menjadi relawan langit. Kisah tentang Ukasyah. Ia dijuluki sebagai lelaki surga karena setiap ada kebaikan, ia menjadi orang pertama yang menjemput momentum kebaikan. Begitu juga dengan saya. Saya ingin menjadi orang yang menjemput momentum, menolong sesama manusia karena saya pernah merasakan bagaimana menjadi orang yang tak memiliki daya dalam hal finansial.”

Panitia: “Lalu bukannya keluargamu lebih membutuhkanmu, mengapa tidak fokus saja pada keluarga?”

 

Jono dengan cepat memberikan jawaban sambil mengeluarkan butir-butir air dari matanya. Ada seribu kata yang ingin disampaikannya, namun ia hanya menjawab singkat dan berkomitmen bisa membagi waktu keduanya. Baginya, mengurus keluarga adalah suatu kewajiban yang amat mulia terutama membantu ibu. Akan tetapi, ia juga harus ikut serta menolong sesama manusia karena sudah menjadi kewajiban manusia. Menurutnya keduanya bukanlah pilihan yang harus dicomot salah satu. Keduanya adalah kewajiban.

 

Tepat pada awal bulan, impiannya terwujud. Ia berhasil menjadi relawan langit.

Posting Komentar

18 Komentar

  1. Manusia emang tiada daya upaya.. Tapi, mash saja diluar sana yang lupa kalau manusia itu lemah.. Hufft..

    Semoga walaupun tidak bisa berbuat baik seperti jono, tapi bisa sadar akan diri yang lemah yang seharusnya berlindung hanya padaNya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      Semoga mata hati kita dibukakan oleh-Nya untuk menyadari hal tersebut.

      Ya, kebaikan jono bisa menjadi salah satu inspirasi. Namun, mari semangat berbuat baik dengan ciri khas dan versi tersendiri 🔥

      Hapus
  2. Cerpen yang bagus, bisa dibaca secara duduk, dan juga sangat bermanfaat amanat yang diambil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah jika ada manfaatnya, masih belajar huhu🥺

      Hapus
  3. Ternyata ada beneran relawan langit, coba geh cek di Ig. Abis baca ini penasaran aja aku cari di IG, eh ada beneran relawan langit. Pas dibuka ignya aku lansung kepikiran jono

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa ternyata ada ig nya. Nama relawan langit itu sebenarnya terinspirasi dari pembicara seminar yang punya yayasan sosial; rumah_teduh_sahabat_iin ignya kak🥺

      Hapus
  4. Hemm terkadang saya sering dibenturkan dengan permasalahan ini, setelah membaca ini saya menjadi paham bahwa keduanya bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah keharusan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah semoga ada hal positifnya hehe

      Hapus
  5. Menjadi anak shalih dan mendoakan ayahnya, bisa menjadi amal jariyah yang membantu ayahnya untuk dimasukkan ke dalam syurga-Nya 👍🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. He'eh semoga kita bisa menjadi salah satu anak shalih

      Hapus
  6. MasyaAllaah, jadi inget hadits, kurang lebih gini bunyinya "belum dikatakan sempurna keimanan seseorang, sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri" :')

    BalasHapus
  7. Jono tokoh hebat. Ceritanya bagus, Mbak Rahayu. Selamat pagi.

    BalasHapus
  8. Ide ceritanya bagus dek. Cuma dikit ceritanya. Minta dipanjangin lagi wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dide ide lagi kak wkwk. Doakan selanjutnya bisa lebih banyak

      Hapus
  9. Betul sekali, selagi masih diberi kesempatan umur. Rawat orangtua dengan sepenuh hati. Sepakat sama Jono

    BalasHapus