Cerita Bersama Zahra

 Ini cerita lanjutan mengenai kegiatan Mitra Desa 1 tahun lalu


Jika tulisan sebelumnya mengenai keindahan di desa saat Menanti Sunrise dan kejadian lucu saat Menyerah Sebelum Berjuang. Kali ini aku akan bercerita soal perjalanan berjuang untuk mengikuti Mitra Desa pada bulan November lalu.

Perjalanan bermula dari perdebatan hati dan pikiran. Pada hari Jumat (1/11) seharusnya kami sudah melakukan perjalanan menuju desa namun kami mendapat panggilan dari Dosen untuk mengerjakan suatu proyek yang sebelumnya kami telah menyanggupi untuk ikut berkontribusi di dalamnya. Pukul 08.00 WIB yang seharusnya kami menuju desa jadi harus bertolak menuju kampus dengan membawa tas besar berisi laptop dan pakaian. 

Aku dan Zahra mengira pekerjaan dadakan ini hanya akan memakan waktu satu atau dua jam sehingga kami pikir masih ada waktu untuk menyusul seusai makan siang. Kenyataannya kami harus berseteru dengan hati di desa dan pikiran di kampus ketika jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB dan kami belum juga menyelesaikan proyek tersebut. Beberapa dosen melihat grasak grusuk kekhawatiran kami dan menyarankan untuk ke desa besok saja. Kami hanya diam dengan ekspresi sudah tak semekuk wkwk.

4 jam kemudian kami telah menyelesaikan tugas yang diberikan dengan catatan sewaktu-waktu bisa saja harus direvisi dengan cepat. Kami dihadapkan pada pilihan untuk diantar pulang saja atau masih mengotot mau ke desa. Hum tentu ini menjadi pilihan berat untuk kami. Pertama, selepas pulang ke rumah belum tentu mendapatkan izin kembali untuk pergi namun kami dapat lelusa mengerjakan tugas jika ada revisi sewaktu-waktu. Kedua, kasihan sama dosen yang mau menghantar kami karna perjalanan ke sana membutuhkan waktu cukup lama dengan kondisi jalan gelap dan belum semulus jalan biasa.

Aku awalnya sudah memutuskan untuk pulang saja namun si Zahra merayu-rayu untuk melanjutkan perjalanan ke desa hahahaha. Alhasil kami mengambil jalan tengah, yaitu diantarkan sampai kostan teman di Indralaya saja dan keesokannya kami akan berangkat sendiri ke desa. Dosen yang bersedia menghantar kami pun bergegas menyiapkan mobilnya dan kami diminta makan terlebih dahulu. Seusai makan, kami melanjutkan perjalanan.

Saat berada dalam perjalanan, dosen tersebut berpesan untuk mengaktifkan ponsel jika sewaktu-waktu ada hal yang harus direvisi maka kami harus mengerjakannya langsung. Tebakan dosen tersebut benar, ternyata kami dihubungi saat berada di desa dan harus segera mengupload tugas tersebut. Kami pun terkendala laptop kentang:)))) dan Alhamdulillah berhasil menyelesaikan tugas dengan bantuan laptop pinjaman wkwk...

Demikianlah ceritanya yeayyy,

Terimakasih kepada Zahra dan para Dosen yang telah menjadi bagian kenangan semasa kuliah ini.

Jika kita bisa mengambil dua pilihan sekaligus, kenapa kita harus pilih salah satu

Posting Komentar

17 Komentar

  1. Terima kasih kembali mbak tetap bersama hingga akhir perjalanan projek dan desa😁
    Best Birthday Present♥️

    BalasHapus
  2. Mahasiswa emang hobi grasak grusuk yaa hahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwk apalagi kalo mau ujian, grasak grusuk tingkat tinggi kak

      Hapus
  3. Wah heeh ceritanya, menggambarkan kek daring sekarang, ngerjaim dua bahkan tiga atau lebih tugas sekaligus wwkwk

    BalasHapus
  4. Beruntung ada yang meminjamkan laptop sehingga tugas akhirnya selesai, Alhamdulillah.🙂

    BalasHapus
  5. Ntaps sih banyak hal yang bisa diambil

    BalasHapus
  6. Sefruit cerita yang intinya menggambarkan laptop pinjaman bisa menyelamatkan tugas yang grasak-grusuk wkwk

    BalasHapus
  7. Tapi ada juga pepatah yang bilang "kamu gak bisa dapat dua-duanya, harus memilih" Kalau misalnya ada kesempatan bisa ambil dua-duanya gini sih, sikattt 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkkw apalagi perihal cinta itu emang berlaku banget yaa kamu gak bisa ambil dua-duanya

      Hapus
  8. Wkwk sungkem dulu smo dosen. Tugas memanglah kewajiban kita selaku mahasiswa😂

    BalasHapus