Cerpen Akhir dari Akhir: Goresan Tinta

Cerpen Akhir dari Akhir
Foto: Unsplash

Mempelajari rentetan rumus matematika membuat cacing di dalam perutku memanggil-manggil. Beberapa kali aku menahan dan berdoa dalam hati, agar perutku bisa diajak berkompromi beberapa menit saja menunggu mata kuliah selesai. Satu, dua jam berlalu, akhirnya Pak Jay mengakhiri mata kuliah dengan melafadzkan hamdalah. 

Tiba jam istirahat.  Aku mengajak Akhir untuk segera bergegas menuju kantin terdekat. Belum sempat kami melangkahkan kaki. Pak Jay datang kembali membawa hadiah menawan, puluhan soal yang harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Sudah menjadi kebiasaan Pak Jay untuk membuat kami spot jantung dadakan. Dulu, ada satu mahasiswa yang merasa sangat kesal diberi hadiah terus-meneruh. Alhasil mahasiswa tersebut meneror Pak Jay agar mempermudah kuliah. Pak Jay bak manusia punya kekuatan di atas rata-rata, ketajamannya dalam matematika sudah bisa dipastikan tidak bisa diganggu gugat. Namun, aku sangat mengapresiasi ketika Pak Jay berhasil menguak mahasiswa yang menerornya. Sejak saat itu tidak ada satu pun mahasiswa yang berani bermain-main dengan Pak jay.

“Saya lupa memberikan tugas. Silahkan ketua kelas nanti tugasnya dikolektifkan. Saya tunggu minggu depan,” perintahnya.

Mendengar kata “tugas” membuat cacing di perutku semakin berdendang. Seusai Pak Jay pergi, kami langsung berjalan mengarah ke kantin. Ada banyak makanan yang dijual oleh pedagang kantin. Harganya banyak yang bersahabat dengan kantong mahasiswa. Cukup mengeluarkan uang sepuluh ribu maka nasi ayam sudah bisa didapatkan. Kantin ini juga menyediakan berbagai aneka makanan. Ada pizza, steak, sushi dan pangsit sebagai menu makanan kekinian. Sementara itu, ada jenis makanan masakan ala emak yaitu nasi soto, sop, sate, ayam, dan nasi goring. Ada juga menu spesial anak kontrakan yakni mie goreng dan telur.

Aku memesan ayam gemes eh kremes dan Akhir memesan ayam bakar. Ayam kremes buatan Bik Ipah sangat terkenal seantero kampus, kriuknya sangat gurih ditambah sambalnya pedas mengigit-gigit. Menu kedua yang menjadi favorite adalah ayam bakar karena ada bumbu super lezat.

 Sembari menunggu makanan, Akhir mengeluarkan barang antiknya. Jangan pikir barang antiknya berbau mistis. Barang antik itu berukuran kecil dan banyak dijumpai pada toko alat tulis. Barang itu merupakan sebuah buku catatan berwallpaper tulisan capslock MAN JADDA WAJADA (SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH, IA YANG BERHASIL).

Lalu Ia mengeluarkan senjata kecilnya, pena hitam. Ia bergegas menorehkan tinta ke dalam lembaran buku. Tepatnya, Ia memberi tanda centang dan tanda silang lalu sesekali mendengus.

“Coba kau lihat An, banyak sekali tanda silangnya, sudah seperti mengisi teka-teki silang saja,” ungkapnya sambil menyodorkan bukunya.

“Hm, tidak imbang ya. Ada tiga centang dan tujuh silang,” sahutku.

“Tak mengapa, yang terpenting catatan kecilku ini tidak akan aku izinkan berakhir,” balasnya.

Aku hanya tertawa. Semangat anak satu itu tidak pernah padam. Impiannya itu seperti paku yang menempel pada kayu. Sulit dibengkokkan dan dicabut. Satu minggu lalu aku pernah menghimbaunya untuk tidak melanjutkan salah satu impiannya. Ia merespon dengan ekspresi menyebalkan, merapatkan gigi atas dan bawah lalu matanya sedikit melotot.

Pelayan kantin datang menghampiri dan mempersilahkan kami menyantap menu makanan siang ini. Tanpa basa basi lagi, kami langsung menghunuskan sendok dan garpu pada ayam. Lalu memasukkannya ke dalam mulut. Makan disaat lapar adalah momentum dimana semua makanan terasa lezat. Aturan yang dianjurkan dalam mengunyah makanan adalah sebanyak 60 kali. Kami hanya mengunyah lima kali dan langsung menelan. 

“Lega. Cacing di perutku kini sudah diam.”

“Cepat sekali diamnya. Cacing di perutku justru ingin merasakan sensasi dingin dari es teh. Aku beli kesana dulu ya ndi.”

Menunggu sendirian merupakan hal yang kurang aku sukai. Aku mulai mengambil headseat dan memutar lagu laskar pelangi.

Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa
Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya


Posting Komentar

0 Komentar