Pernahkah kamu berkata "aku tidak bisa"?Semoga pernah ya, agar tulisan ini sedikit bermanfaat untukmu eaa. Eh yang nulis seperti sudah ahli saja padahal huhuhaha, namun izinkan berbagi cerita.
Sebuah judgement "aku tidak bisa" kerap kali aku pakai dalam beberapa hal positif, misalnya ketika diminta jadi MC, pemateri, ikut lomba atau belajar hal kecil. Menjadi hobi ku dalam membatasi kapasitas diri *dasar aku.
Kalimat yang menancap jelas dibenakku sebagai bumbu pembatasan diri adalah "Ah sudahlah, aku tidak bisa. Aku tidak punya kemampuan". Parahnya, aku baru menyadari pikiran tersebut sangatlah tidak mendorongku menjadi lebih baik lagi. Dan yang tersisa ya penyesalan. Namanya juga penyesalan ya di akhir, kalo di awal namanya pendaftaran.
Ada beberapa hal yang membuat seseorang berkata "Aku tidak bisa"
Bisa ala biasa
Sudah sangat lumrah sekali kalimat ini. Kita bisa karna kita terbiasa. Ada yang menjadi penulis ternama, ya karna dia membiasakan dirinya membaca dan mengasah skill menulis. Ada yang menjadi designer terkemuka, ya karna dia sering berlatih mendesign. Ada yang pandai bicara bahasa Inggris, ya karna dia membiasakan diri menambah kosa kata dan berlatih berbicara dalam bahasa inggris. Semuanya tidaklah instan, ada habits yang dibentuk untuk mencapai sebuah visi. So, penyebab tidak bisa disini adalah tidak terbiasa belajar.
Belum Merdeka
Makna merdeka menurutku adalah terbebas dari rasa takut. Setelah belajar dan membentuk kebiasaan agar terbiasa. Nah selanjutnya yang menjadi penghalang kedua adalah belum ada kekuatan untuk melawan rasa takut. Takut jika nanti ditertawakan, takut jika nanti salah, dan berbagai ketakutan lainnya. Aku juga heran karna rasa takut ini sering sekali menggerogoti pikiran hingga membuat diri sulit berkembang.
Gagal Istiqomah
Setelah mampu melawan rasa takut maka selanjutnya kita akan berani untuk tampil atau mengerjakan target tersebut. Akan tetapi tidak semua jalan bisa mulus, ada kerikilnya. Mulanya boleh jadi kamu bersemangat untuk mengerjakan suatu hal yang belum pernah kamu cobain. Lalu kamu tidak menuai hasil yang baik, maka selanjutnya belum tentu kamu bisa bangkit dari keterpurukan tersebut, dan kamu akan dengan cepat berkata "Aku tidak bisa".
Tips Menepis kalimat "Aku tidak bisa"
Tips? Ah nampaknya ini bukan sebuah tips karna kalimat tersebut masih sering aku pakai dalam beberapa hal. Sepertinya aku akan memberikan penggalan cerita saja.
Dahulu kala aku diminta untuk membuat desain pamflet suatu agenda. Jawabanku ya seperti yang bisa kalian tebak wkwk, Aku tidak bisa. Setelah menjawab dengan seenaknya, aku pikir akan terbebas dari amanah tersebut. Eh malah sebaliknya, tetap saja amanah itu menuntut. Alhasil aku mulai belajar sedikit demi sedikit melalui online. Hasilnya? wahh sangatlah parah, jelek beudd hingga membuatku insecure dan karya ku tidak jadi dipublish. Saat itulah aku merasa gagal, sedih, tidak mau mengulanginya dan juga ada rasa ambisius yang menyelinap "Aku harus bisa, karya ku harus bisa dipublish". Akhirnya aku terus belajar online dan karyaku berhasil dipublish meskipun menurutku masih saja kaku wkwk. Mungkin teman-teman bisa juga mencoba belajar hal yang tidak bisa hingga menjadi bisa, keluar zona nyaman.
Cerita berikutnya adalah belajar mempresentasikan materi di depan banyak orang. Semester 3 lalu aku mendadak ditunjuk untuk presentasi di depan Dekan Fakultas dalam agenda Secangkir Teh Bersama Dekan (STBD). Kali ini aku tidak bisa menjawab aku tidak bisa karna keadaannya sangat terjepit, kekurangan panitia. Alhasil dengan keringat dingin dan perasaan dag dig dug aku mencoba memberanikan diri. Melihat aku yang sudah tak karuan lagi ekspresinya, muncul lah kakak tingkat yang memberi saran, "Coba baca dulu Alquran, biar tenang". Aku menuruti sarannya tapi tetap saja tidak tenang. Lalu ia berkata lagi "Baca lagi hingga tenang, bacanya pelan-pelan". Aku mengikuti instruksi nya lagi dan tipsnya manjur. Poin cerita ini adalah perlunya dekat dengan Allah. Salah satu caranya adalah membaca Alquran.
Selanjutnya untuk urusan mengikuti lomba seperti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), public speaking, debat dan kawan-kawannya, belum pernah aku ikuti. Alasannya simpel karna aku tidak mau belajar dan mencoba. Nah yang satu ini jangan ditiru ya karna menjadi penyesalan tersendiri sepanjang kenangan kuliah.
Udah dulu ya, lagi bingung mau nulis apa lagi. Ambil baiknya, buang buruknya.
5 Komentar
Sering sering banget malah berpikiran, kayaknya aku gak bisa nih. Terima kasih semoga saya selalu termotivasi mbak.
BalasHapussebenarnya, ga masalah bilang aku tidak bisa. Lha, emang ga bisa mau gimana, ga bisa dipaksa..
BalasHapusapabila dipaksa, nanti bakal hasilnya jelek.
nantii, kalo udah siap, baru boleh bilang bisa
"Aku tidak bisa" versi aku? Biasanya, apapun tantangannya, aku selalu mengatakan "IYA". Setelah menyelesaikan tantangan itu, kemudian aku terpikir "Oh gini ya rasanya ngerjain ini", dan hal tersebut bisa menjadi evaluasi bagi diri sendiri apabila kedepannya mengerjakan tantangan yang sama.
BalasHapusNamun ada kalanya aku benar-benar ngga bisa menyelesaikan tantangan tersebut, alias gagal total. Dari situ aku akan merasa "Fix hal yang gini bukan ranahku" wkwkw
Aku bisa aku pasti bisa,
BalasHapusyang penting jangan ngomong gak bisa kalau belum nyoba, kalau dicoba ternyata memang gak bisa, itu juga bukan karena gak bisa tapi mungkin memang bukan kita orang yang tepat buat hal itu (mungkin)
Sepertinya sudah biasa orang mengatakan aku tidak bisa bila bertemu dengan hal yang baru diketahuinya jarang orang mengatakan aku pasti bisa.
BalasHapus