Air mengalir becucuran
Semarak suara terus bergema
"Tarik, Tarik, Tarik," begitulah seru penonton
Sejak pagi hari, panitia mengeluarkan kalimat ajakan terus menerus, "Teman teman silahkan daftarkan diri kalian untuk mengikuti lomba tarik tambang". Aku hanya berdiri dan diam memperhatikan perkataan panitia tersebut. "Ayolah kita seru-seruan,"lanjutnya. Kalimat terakhirnya itu menggangguku, pikiran dan perasaanku tidak balance. Pikiranku mengatakan ikut sementara perasaan justru takut dan ragu.
Akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar. Anggota tim yang kudaftarkan terdiri dari Teyik, Ota, dan Cicay yang sebelumnya aku daftarkan secara diam diam, berniat surprise. Cicay yang baru saja sampai desa terkejut namun juga bersemangat mengikuti lomba, bahkan ia menyiapkan topi, sepatu dan sarung tangan tebalnya.
Kami mendapat urutan nomor 2 tim putri, yang artinya kami harus menunggu giliran terlebih dahulu. Tak ingin membuang waktu dengan duduk-duduk, kami segera ke lapangan dan melihat keseruan tim putra. Suasana di lapangan merasuki kami untuk berteriak "Ayo tarik, tarik tarik".
Setelah 1 tim bertanding, tiba gilirannya tim 2 putra. Rasa nyilu pun dimulai dari sini. Ada beberapa anggota tim yang terluka kaki dan tangannya, hal serupa juga kami temui ketika melihat tim 1 putri. Wah bukan main, rasa takutku semakin meronta-ronta. Aku memutuskan untuk mengundurkan diri, menjadi tuli ketika nanti nama timku dipanggil.
Berbeda dengan alur pikirku, ketiga temanku itu tetap saja membujukku untuk tetap mengikuti lomba. "Ayolah main, masa ngundurin diri," pungkas mereka. Mereka berhasil membujukku dengan satu kesepakatan yaitu saat bermain nanti, kami tidak akan berjuang, takut luka.
Tim Asahehe |
"Tim 2 putri silahkan ke lapangan," seru panitia. Kami segera berjalan dengan so cool menuju lapangan wkwk. "1,2,3 mulai," ucap panitia. Seperti dugaan pada sesi 1 kami kalah hahaha. Sesi berikutnya, kami memasang kaki kuda-kuda, namun tetap saja kalah. Kekalahan ini dikarenakan kami tidak menarik terlalu kencang, terkecuali cicay dan teyik. Ota dan aku terlalu lemah untuk menarik, apalagi aku yang justru hanya memegang tali saja wkwk. Seusai bertanding, kami hanya tertawa terbahak-bahak dan mengenang peristiwa itu hingga saat ini.
Mental kami sangat berbeda sekali dengan petanding lainnya, mereka berjuang sementara kami menyerah sebelum berjuang. Mungkin kami belum terlalu banyak membaca kisah sejarah Islam tempo dulu yang terus berjuang meskipun sudah tahu medan perangnya berbahaya. Mari doakan kami untuk berproses agar tidak mudah menyerah kedepannya😊 |
2 Komentar
Wkwkkw lucu sekali ada hikmah dibalik kisah ini ya min
BalasHapusheeh sama seperti ada udang dibalik bakwan wkwk
Hapus